Senin, 17 Juni 2013

Ramadhan

Berkah bulan ramadhan

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Bulan Ramadhan sungguh adalah bulan
yang penuh berkah, artinya mendatangkan
kebaikan yang banyak. Kebaikan yang
diperoleh umat Islam di bulan Ramadhan
bisa meliputi ukhrowi dan duniawi. Coba
kita lihat di bulan Ramadhan ini begitu
banyak kebaikan ukhrowi yang diperoleh
setiap muslim. Di antara keberkahan
tersebut adalah dengan menjalankan
shiyam ramadhan akan mendapatkan
pengampunan dosa yang telah lalu.
Keberkahan lainnya lagi adalah dalam
menjalankan shalat malam (shalat
tarawih). Itu juga adalah sebab
pengampunan dosa. Begitu pula pada
bulan Ramadhan terdapat suatu malam
yang lebih baik dari 1000 bulan, yaitu
lailatul qadar. Inilah di antara keberkahan
ukhrowi yang bisa diperoleh. Namun ada
satu sisi kebaikan lainnya, yang mana ini
tidak kalah pentingnya, yaitu bulan
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk
memperbaiki diri sehingga selepas bulan
Ramadhan seseorang bisa menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Pembahasan inilah
yang akan kami ulas dalam tulisan
sederhana ini.
Pintu Kebaikan Dimudahkan di Bulan
Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ,
beliau berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺍَﺫِﺇ َﻥﺎَﻛ ُﻝَّﻭَﺃ ٍﺔَﻠْﻴَﻟ ْﻦِﻣ ِﺮْﻬَﺷ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ِﺕَﺪِّﻔُﺻ
ُﻦﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻟﺍ ُﺓَﺩَﺮَﻣَﻭ ِّﻦِﺠْﻟﺍ ْﺖَﻘِّﻠُﻏَﻭ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ْﻢَﻠَﻓ
ْﺢَﺘْﻔُﻳ ﺎَﻬْﻨِﻣ ٌﺏﺎَﺑ ْﺖَﺤِّﺘُﻓَﻭ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ْﻢَﻠَﻓ ْﻖَﻠْﻐُﻳ
ﺎَﻬْﻨِﻣ ٌﺏﺎَﺑ ﻯِﺩﺎَﻨُﻳَﻭ ٍﺩﺎَﻨُﻣ ﺎَﻳ َﻰِﻏﺎَﺑ ِﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ْﻞِﺒْﻗَﺃ ﺎَﻳَﻭ
َﻰِﻏﺎَﺑ ِّﺮَّﺸﻟﺍ ْﺮِﺼْﻗَﺃ ِﻪَّﻠِﻟَﻭ ُﺀﺎَﻘَﺘُﻋ َﻦِﻣ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ َﻚِﻟَﺫَﻭ َّﻞُﻛ
ٍﺔَﻠْﻴَﻟ
“ Pada malam pertama bulan Ramadhan
syetan-syetan dan jin-jin yang jahat
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup,
tidak ada satu pun pintu yang terbuka dan
pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu
pun pintu yang tertutup, ketika itu ada
yang menyeru: “Wahai yang
mengharapkan kebaikan bersegeralah
(kepada ketaatan), wahai yang
mengharapkan keburukan/maksiat
berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba
yang selamat dari api neraka pada setiap
malam di bulan Ramadhan ”. [1]
Dalam hadits lainnya disebutkan,
ﺍَﺫِﺇ َﺀﺎَﺟ ُﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ْﺖَﺤِّﺘُﻓ ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ ْﺖَﻘِّﻠُﻏَﻭ
ُﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﺕَﺪِّﻔُﺻَﻭ ُﻦﻴِﻃﺎَﻴَّﺸﻟﺍ
” Apabila Ramadhan tiba, pintu surga
dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun
dibelenggu .” [2]
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di
atas dapat bermakna, terbukanya pintu
surga dan tertutupnya pintu Jahannam
sebagai terbelenggunya setan-setan
sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan
dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al
Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna
terbukanya pintu surga karena Allah
memudahkan berbagai ketaatan pada
hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti
puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda
dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan
Ramadhan, orang akan lebih sibuk
melakukan kebaikan daripada melakukan
maksiat. Inilah sebab mereka dapat
memasuki surga dan pintunya. Sedangkan
tertutupnya pintu neraka dan
terbelenggunya setan, inilah yang
mengakibatkan seseorang mudah
menjauhi maksiat ketika itu.” [3]
Sampai-sampai karena terbuka lebarnya
pintu kebaikan ini, para ulama katakan
bahwa pahala amalan apa saja di bulan
Ramadhan pun akan berlipat ganda [4] .
Sebagaimana kita dapat melihat pada
perkataan ulama salaf berikut ini.
Guru-guru dari Abu Bakr bin Maryam
rahimahumullah pernah mengatakan, “Jika
tiba bulan Ramadhan, bersemangatlah
untuk bersedekah. Karena bersedekah di
bulan tersebut lebih berlipat pahalanya
seperti seseorang sedekah di jalan Allah
(fii sabilillah). Pahala bacaaan tasbih
(berdzikir “subhanallah”) lebih afdhol dari
seribu bacaan tasbih di bulan lainnya.” [5]
An Nakho’i rahimahullah mengatakan,
“Puasa sehari di bulan Ramadhan lebih
afdhol dari puasa di seribu hari lainnya.
Begitu pula satu bacaan tasbih (berdzikir
“subhanallah”) di bulan Ramadhan lebih
afdhol dari seribu bacaan tasbih di hari
lainnya. Begitu juga pahala satu raka’at
shalat di bulan Ramadhan lebih baik dari
seribu raka’at di bulan lainnya.” [6]
Maka kita dapat saksikan sendiri di bulan
Ramadhan, orang yang semula malas
shalat lima waktu, akhirnya menjadi rajin.
Orang yang amat jarang kelihatan di
masjid, kembali sadar menjalankan shalat
jama’ah. Orang yang jarang mengerjakan
shalat malam, begitu giat di bulan
Ramadhan untuk menjalankan ibadah
shalat tarawih. Orang yang sesekali baca
Al Qur’an, di bulan Ramadhan akhirnya
bisa mengkhatamkan Al Qur’an. Sungguh
luar biasa barokah bulan ini karena begitu
mudah setiap orang menjalankan
kebaikan.
Banyaknya Pengampunan Dosa
Dalam beberapa amalan di bulan
Ramadhan, kita dapat temukan di
dalamnya ada pengampunan dosa. Di
antara amalan tersebut adalah ibadah
puasa yang kita jalankan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْﻦَﻣ َﻡﺎَﺻ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ
ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ
“ Barangsiapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala dari Allah maka dosanya di masa
lalu pasti diampuni .” [7] Pengampunan
dosa di sini bisa diperoleh jika seseorang
menjaga diri dari batasan-batasan Allah
dan hal-hal yang semestinya dijaga. [8]
Begitu pula pada amalan shalat tarawih, di
dalamnya juga terdapat pengampunan
dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ
ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ
“ Barangsiapa melakukan qiyam
Ramadhan (shalat tarawih) karena iman
dan mencari pahala, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni .” [9]
Barangsiapa yang menghidupkan malam
lailatul qadar dengan amalan shalat, juga
akan mendapatkan pengampunan dosa
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ,
ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﺔَﻠْﻴَﻟ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ
َﻡَّﺪَﻘَﺗ ْﻦِﻣ ِﻪِﺒْﻧَﺫ
“ Barangsiapa melaksanakan shalat pada
lailatul qadar karena iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni .” [10]
Adapun pengampunan dosa dalam hadits-
hadits di atas, dimaksudkan untuk dosa-
dosa kecil sebagaimana pendapat
mayoritas ulama. [11]
Karena sampai banyaknya pengampunan
dosa di bulan suci ini, Qotadah pun
mengatakan, “Siapa saja yang tidak
mendapatkan pengampunan dosa di bulan
Ramadhan, maka sungguh di hari lain ia
pun akan sulit mendapatkan
ampunan.” [12]
Keadaan Yang Semestinya Selepas
Ramadhan
Setelah kita mengetahui beberapa amalan
di bulan Ramadhan yang bisa
menghapuskan dosa, juga pintu kebaikan
dimudahkan, maka keadaan seseorang
selepas ramadhan seharusnya dalam
keadaan seperti bayi yang baru dilahirkan
oleh ibunya, yaitu bersih dari dosa. Namun
hal ini dengan syarat, seseorang haruslah
bertaubat dari dosa besar yang pernah ia
terjerumus di dalamnya, dia bertaubat
dengan penuh rasa penyesalan.
Lihatlah perkataan Az Zuhri berikut,
“Ketika hari raya Idul Fithri, banyak
manusia yang akan keluar menuju
lapangan tempat pelaksanaan shalat ‘ied,
Allah pun akan menyaksikan mereka.
Allah pun akan mengatakan, “Wahai
hambaku, puasa kalian adalah untuk-Ku,
shalat-shalat kalian di bulan Ramadhan
adalah untuk-Ku, kembalilah kalian dalam
keadaan mendapatkan ampunan-Ku.”
Ulama salaf lainnya mengatakan kepada
sebagian saudaranya ketika melaksanakan
shalat ‘ied di tanah lapang, “Hari ini suatu
kaum telah kembali dalam keadaan
sebagaimana ibu mereka melahirkan
mereka.” [13]
Sudah Seharusnya Menjaga Amalan
Kebaikan
Ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya
setiap insan menjadi lebih baik dibanding
dengan bulan sebelumnya karena dia
sudah ditempa di madrasah Ramadhan
untuk meninggalkan berbagai macam
maksiat dan mudah melaksankan
kebajikan. Orang yang dulu malas-
malasan shalat 5 waktu seharusnya
menjadi sadar dan rutin mengerjakannya
di luar bulan Ramadhan. Juga dalam
masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria,
hendaklah pula dapat dirutinkan dilakukan
di masjid sebagaimana rajin dilakukan
ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam
bulan Ramadhan banyak wanita muslimah
yang berusaha menggunakan jilbab yang
menutup diri, maka di luar bulan
Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga,
bahkan bisa lebih disempurnakan lagi
sebagaimana tuntunan Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َّﻥِﺇَﻭ َّﺐَﺣَﺃ ِﻞَﻤَﻌْﻟﺍ ﻰَﻟِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻪُﻣَﻭْﺩَﺃ ْﻥِﺇَﻭ َّﻞَﻗ
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah amalan yang
kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” [14]
Seharusnya amal seorang mukmin barulah
berakhir ketika ajal datang menjemput. Al
Hasan Al Bashri rahimahullah
mengatakan, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala
tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir)
untuk amalan seorang mukmin selain
kematiannya.” Lalu Al Hasan membaca
firman Allah,
ْﺪُﺒْﻋﺍَﻭ َﻚَّﺑَﺭ ﻰَّﺘَﺣ َﻚَﻴِﺗْﺄَﻳ ُﻦﻴِﻘَﻴْﻟﺍ
“ Dan sembahlah Rabbmu sampai datang
kepadamu al yaqin (yakni ajal). ” (QS. Al
Hijr: 99). [15] Az Zujaaj mengatakan bahwa
makna ayat ini adalah sembahlah Allah
selamanya. Ulama lainnya mengatakan,
“Sembahlah Allah bukan pada waktu
tertentu saja”. Jika memang maksudnya
adalah demikian tentu orang yang
melakukan ibadah sekali saja, maka ia
sudah disebut orang yang taat. Namun
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“ Sembahlah Allah sampai datang ajal ”. Ini
menunjukkan bahwa ibadah itu
diperintahkan selamanya sepanjang hayat.
[16]
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah
ibarat bunga yang mekar pada waktu
tertentu saja. Jadi, ibadah shalat 5 waktu,
shalat jama’ah, shalat malam, gemar
bersedekah dan berbusana muslimah,
bukanlah jadi ibadah musiman. Namun
sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan
juga tetap dijaga.
Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan
manakah yang lebih utama, Rajab ataukah
Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah
Rabbaniyyin dan janganlah menjadi
Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah
hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di
setiap bulan sepanjang tahun dan bukan
hanya di bulan Sya’ban saja. Kami
(penulis) juga dapat mengatakan, ”Jadilah
Rabbaniyyin dan janganlah menjadi
Romadhoniyyin.” [17] Maksudnya,
beribadahlah secara kontinu (ajeg)
sepanjang tahun dan jangan hanya di
bulan Ramadhan saja.
Perhatikanlah perkataan Ibnu Rajab
berikut, ”Barangsiapa melakukan dan
menyelesaikan suatu ketaaatan, maka di
antara tanda diterimanya amalan tersebut
adalah dimudahkan untuk melakukan
amalan ketaatan lainnya. Dan di antara
tanda tertolaknya suatu amalan adalah
melakukan kemaksiatan setelah
melakukan amalan ketaatan. Jika
seseorang melakukan ketaatan setelah
sebelumnya melakukan kejelekan, maka
kebaikan ini akan menghapuskan
kejelekan tersebut. Yang sangat bagus
adalah mengikutkan ketaatan setelah
melakukan ketaatan sebelumnya.
Sedangkan yang paling jelek adalah
melakukan kejelekan setelah sebelumnya
melakukan amalan ketaatan. Ingatlah
bahwa satu dosa yang dilakukan setelah
bertaubat lebih jelek dari 70 dosa yang
dilakukan sebelum bertaubat. ... Mintalah
pada Allah agar diteguhkan dalam
ketaatan hingga kematian menjemput. Dan
mintalah perlindungan pada Allah dari hati
yang terombang-ambing.” [18]
Para ulama juga mengatakan, “Sejelek-
jelek kaum adalah yang mengenal Allah
(rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan
Ramadhan saja.”
Ingatlah pula pesan Ka’ab bin Malik,
“Barangsiapa berpuasa di bulan
Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya
bahwa setelah lepas dari Ramadhan akan
berbuat maksiat pada Rabbnya, maka
sungguh puasanya itu tertolak (tidak
bernilai apa-apa).” [19]
Semoga Allah menjadikan Ramadhan kita
di tahun ini lebih bermakna dari yang
sebelumnya. Semoga kita senantiasa
mendapatkan barokah bulan suci ini.
Amin, Yaa Samii’um Mujiib.
Panggang-GK, 8 Ramadhan 1431 H (18
Agustus 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
[1] HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah
no. 1642. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.
[2] HR. Bukhari no. 3277 dan Muslim no.
1079, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
[3] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,
7/188.
[4] Lihat Tajridul Ittiba’, Ibrahim bin ‘Amir
Ar Ruhaili, Dar Al Imam Ahmad, cetakan
1428 H, hal. 118.
[5] Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al
Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan
pertama, 1428 H, hal. 270.
[6] Idem.
[7] HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no.
760.
[8] Lathoif Al Ma’arif, 364.
[9] HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no.
759.
[10] HR. Bukhari no. 1901.
[11] Lathoif Al Ma’arif, 365.
[12] Lathoif Al Ma’arif, 370-371.
[13] Lathoif Al Ma’arif, 366.
[14] HR. Muslim no. 782.
[15] Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 392.
[16] Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, Al
Maktab Al Islami, 4/423.
[17] Lihat Lathoif Al Ma’arif, 390.
[18] Lathoif Al Ma’arif, 393.
[19] Lathoif Al Ma’arif, 378.

Selasa, 17 April 2012

Rasulullah SAW Takut terhadap Keduniaan Yang Melimpah

Rasulullah...........

Asy-Syaikhany mengeluarkan dari Abu Sa'id Al-Khudry di dalam sebuah hadits, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas mimbar dan kami pun duduk di sekitar beliau, lalu beliau bersabda,
"Sesungguhnya yang paling kutakutkan atas kalian ialah jika Allah membukakan kesenangan dan perhiasan dunia kepada kalian."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/144.

Asy-Syaikany juga mengeluarkan sebuah hadits dari Amr bin Auf Al-Anshay Radhiyallahu Anhu, yang di dalamnya dia berkata, "Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"TerimaIah kabar gembira dan satu harapan bagi kalian Demi Allah, bukan kemiskinn yang aku takutkan terhadap kalian, tetapi aku justru takut jika dunia dihamparkan kepada kalian, sebagaimana yang pernah dihamparkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu mereka saling berlomba untuk mendapatkannya, sehingga kalian menjadi binasa seperti yang mereka alami."
Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib Wat-Tarhib, 5/141
Ya'qub bin Sufyan mengeluarkan dari IbnuAbbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Allah mengutus seorang malaikat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang disertai Jibril Alaihi Salam. Malaikat itu berkata,
"Sesungguhnya Allah menyuruh engkau untuk memilih, apakah engkau menjadi hamba dan nabi, ataukah menjadi raja dan sekaligus nabi."
Beliau menoleh ke arah Jibril layaknya orang yang meminta saran. Maka Jibril memberi isyarat, agar beliau merunduk dan patuh. Maka beliau menjawab,
"Aku pilih menjadi hamba dan nabi."
Setelah kejadian ini beliau tidak pemah makan sambil telentang, hingga beliau wafat. Yang serupa dengan ini juga diriwayatkan Al-Bukhary dan An-Nasa'y. Begitulah yang disebutkan di dalam Al-Bidayah, 6:48.

Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, "Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku, "Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
"Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?" tanya beliau. "Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buab-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu."
"Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia?"
Al-Hakimjuga mentakhrijnya secara shahih, berdasarkan syarat Muslim. Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Anas, dan dia menyebutkan yang seperti ini. Begitulah yang disebutkan di dalam At-Targhib, 5/161
 
sumber:  http://azharjaafar.blogspot.com/2008/08/rasulullah-saw-takut-terhadap-keduniaan.html

Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم



  • Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW

Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:

Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.

Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya

Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.

Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.

Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.

(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)

sumber: http://azharjaafar.blogspot.com/



Minggu, 11 Maret 2012

Islam

ISLAM (Arab: al-islām, الإسلام Tentang suara ini dengarkan : "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia,[1][2] menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.